Kegiatan binus (Binaan Khusus) menurut saya, merupakan suatu upaya pembinaan yang terarah pada program-program pengembangan keterampilan, pelatihan kepemimpinan, dan pendampingan perkembangan kehidupan rohani. Melalui kegiatan binus, saya mengalami pertumbuhan rohaniah yang sangat baik, bukan menyangkut hal-hal yang luar biasa namun secara batin saya dipenuhi oleh pengharapan dan cinta kasih Allah yang begitu besar. Selain itu, nilai tambah dari kegiatan binus ialah dipaparkan pelaksanaan teori yang secara konkret terjadi di tengah manusia (umat) baik menyangkut sakit fisik, masalah psikis, dan luka batin serta masalah-masalah lainnya.
Terkait tiga masalah di atas (sakit fisik, masalah psikis dan luka batin) yang adalah sebagian dari faktor penghambat pertumbuhan iman seseorang. Pada pekan I, kami dihantar masuk melihat ke dalam pribadi untuk menggali tiga jenis penyakit yang ada dalam diri. Hal demikian sangat penting dikarenakan pintu utama untuk berlangsungnya kegiatan binus ialah melalui proses penyembuhan tiga jenis penyakit tersebut.
Kegiatan binus, dibuka dengan perayaan ekaristi setelah itu kegiatan ret-ret. Ret-ret adalah pintu utama bagi kegiatan selama minggu berjalan. Dalam proses pengajaran yang diberikan oleh para narasumber, pengajaran yang diberikan membawa saya pada perjalanan rohaniah yang mendalam, merasakan cinta kasih Allah yang tanpa sadar diabaikan selama ini; Kurangnya kesadaran.
Selain kegiatan ret-ret sebagai pintu bagi kegiatan selanjutnya, aktivitas awal sepanjang hari yang wajib kami lakukan ialah doa Yesus dan perayaan ekaristi. Dari aktivitas rutin itulah saya perlahan menyadari akan Cinta kasih Allah yang begitu besar dalam kehidupan saya hingga detik ini. Melalui doa Yesus, yang adalah dasar spiritual; doa Yesus membutuhkan keinginan untuk bertemu dengannya di bawah alam sadar; di sanalah kita merasakan kehadirannya melalui keheningan. Selain itu, Doa Yesus dikategorikan sebagai salah satu doa penyembuhan luka batin. Oleh karena itu, untuk sampai pada titik di mana saya merasakan cinta kasih Allah maka kita harus benar-benar masuk dalam keheningan dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya.
Doa Yesus adalah pengalaman spiritual yang baru bagi saya. Pengalaman spirit yang menumbuhkan dan menguatkan iman dan koneksi rohaniah dengan Tuhan. Setiap manusia lahir dan hidup tidak dapat dipisahkan dari dua hal ini yakni, perbuatan dan tindakan yang baik serta menyimpang dari ajaran agamanya. Maka sebagaimana saya, yang dilahirkan sejak awal telah mempunyai dosa (namun karena pembaptisan telah diampuni) tidak luput dari dosa; kesadaran bahwa saya adalah manusia lemah dan tak berdaya maka dalam kesempatan yang menurut saya tidak akan datang dua kali, sangatlah bersyukur telah mengikuti kegiatan ini.
Dalam suatu kesempatan; saya seakan ditegur dengan keras akan dua peristiwa yang saya alami selama kurang lebih lima bulan terakhir; mencari kesibukan untuk menyibukkan diri. Hal demikian terjadi karena berita yang tidak pasti dan mengekang sehingga berusaha mencari jalan dengan mencari pelbagai kesempatan yang baik untuk mencari kesibukan untuk tidak menunggu. Dan yang kedua ialah, jatuh ke dalam perbuatan yang salah.
Dalam keberlangsungan kegiatan ret-ret, ada sesi yang menarik bagi saya yakni terkait pertobatan. Dalam bagian tersebut, ayat kitab suci mengatakan demikian dalam injil Matius 4:17 “Bertobatlah, sebab kerajaan sorga sudah dekat”. Kutipan ini, hampir tiap minggu saya dengar pada kesempatan perayaan misa, namun tidak ada dampak apa-apa bagi saya. Berbeda sekali dengan apa yang saya terima dalam kegiatan binus ini. Tidak sampai di situ saja, kami di pulihkan dari sakit fisik dan batin. Bahkan mengalami pengurapan roh kudus pada suatu kesempatan dalam sesi terkait bahasa roh.
Dari setiap sesi yang dilalui. Pada sesi yang terkait dengan bahasa roh, sungguh saya mengalami betapa Ia begitu mencintai anaknya yang berdosa dan tak layak untuk menerimanya. Dari peristiwa yang di luar dugaan saya, namun didorong oleh keinginan, dan usaha untuk mendapatkannya atau memperolehnya; menyadari tak layak untuk memperolehnya, Ia dengan sangat baik memberikannya kepada saya. Saya pun teringat akan kutipan dalam injil Matius 22:37 “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Kutipan injil Matius, mendorong saya untuk mengingat kembali peristiwa atau kejadian yang telah saya alami dan lalui hingga sampai pada detik ini. Kesempatan di mana saya disadarkan akan cinta kasih Allah bagi saya; kesempatan di mana memilih; apakah tetap tinggal dalam siklus hidup yang tidak benar atau keluar dan berbuah bagi orang lain.
Oleh karena itu, dorongan untuk dapat hidup dalam pengalaman hidup yang baru, mengingatkan saya untuk dapat mengambil setiap keputusan dalam hidup harus diambil dalam kebenaran-Nya sehingga membawa kepada perubahan hidup yang jauh lebih baik. Hal demikian, dapat dibuktikan ketika saya menggali kembali pengalaman saya bersama dengan Bunda Maria kehadiran Bunda Maria yang dengan lembut dan dukungan yang luar biasa darinya untuk saya melalui persekutuan dengannya dalam doa novena tiga kali Salam Maria yang saya deraskan ketika berada dalam tekanan penulisan skripsi.
Banyak peristiwa-peristiwa baik yang saya alami namun tak saya sadari. Melalui peristiwa-peristiwa yang saya lalui, sebenarnya hidup baru terjadi setiap hari, namun tidak mampu untuk disadari. Pertobatan yang saya alami; sungguh-sungguh saya rasakan tak pernah saya rasakan sebelumnya dan pembaharuan dalam diri sangatlah terasa. Dari seluruh rangkaian kegiatan selama satu pekan, saya menyimpulkan satu hal yakni tenggelamnya saya akan Cinta Kasih-Nya yang tak pernah berkesudahan dan teguran dari-Nya melalui para pemateri yang adalah tim. Pertobatan adalah kunci, untuk menghantarkan saya pada suatu kesadaran penuh akan dosa yang membawa saya hingga memperoleh rahmat pengampunan.
Dari seluruh aktivitas yang saya lalu selama satu pekan, saya mengalami suatu kemajuan dalam diri saya. Mampu dengan tegas mengarahkan diri ke hal-hal yang lebih membangkitkan kebiasaan hidup yang dituntun oleh roh kudus. Namun, semua itu diperlukan suatu usaha yang besar. Transformasi hidup melalui cinta kasih Allah mengajarkan bahwa kehadiran-Nya memperkuat dan mengarahkan hidup yang lebih jelas arahnya ke mana. Di akhir refleksi ini, saya hendak menegaskan bahwa betapa pentingnya doa Yesus.

Doa Yesus menjadi landasan spiritual yang menguatkan, memberi ketenangan, dan membimbing dalam setiap langkah. Sementara kegiatan ret-ret (retret) menjadi momen introspeksi yang mendalam, memungkinkan refleksi diri dan perenungan mendalam terhadap nilai-nilai kehidupan. Keseluruhan, kombinasi ini dapat membentuk fondasi kuat untuk pertumbuhan spiritual dan transformasi pribadi.
Nah, dari semua hal yang telah saya lalui dan alami, hal praktis yang dapat saya lakukan ketika berhadapan dengan umat yang dimana nantinya saya mewartakan injil. Saya akan membuat pendekatan individu ke individu untuk menemukan sejauh mana pengalaman hidup doanya; sedalam apa relasinya dengan Tuhan; sedalam apa keeratannya dengan Tuhan dalam doa dan tindakan. Ketika hal-hal demikian sangatlah merosot itu artinya diperlukan usaha yang mendalam, dengan terlebih dahulu menghantar mereka untuk mengenal pribadinya terlebih dahulu sehingga ketika individu tertentu telah siap maka di situlah kita mewartakan kabar gembira.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *