Hallo guys, salam jumpa lagi dalam goresan tinta ini. Goresan tinta ini hendak menceritakan kisah menarik dari kunjungan Bapak Uskup bersama rombongan ke Buru untuk ketiga kalinya. Kisah ini menarik guys, bagaimana itu? Bapak Uskup tidak berasal dari Buru, tapi bisa menanam cinta di Pulau Buru (arti judul di atas) dan pada akhirnya juga cinta itu mengakar kepada orang-orang Buru, khususnya Umat di Namlea, Waeapo dan Namrole. Temukanlah makna terdalam dari kisah ini, dan jadikanlah dasar untuk bagaimana melayani sesama dengan cinta, walaupun anda tidak berasal dari mereka. Selamat membaca!!!

SEKILAS MENGENAI PERJALANAN BAPA USKUP KE PULAU BURU

PAROKI STA MARIA BINTANG LAUT NAMLEA & PAROKI ST PETRUS WAEAPO

(Rabu 17 Mei – Minggu 21 Mei)

  • Rabu 17 Mei 2023

Sesuai yang diagendakan, pada hari ini Bapa Uskup bersama rombongan berangkat menujuh Pulau Buru. Rombongan Bapa Uskup ini terdiri dari 14 orang diantaranya: MGR. Seno Ngutra  (Uskup), Pastor Anton (Vikjen), Pastor Agus (Sekum), Pastor Oce Rettob (Supda MSC Maluku), Frater Mario, Frater Pice ditambah dengan dua Katekis (Nina Heatubun dan Fanni), tiga orang anggota KOMSOS (Okto Letsoin, Yonas Samar dan Ryan Sakliresy), satu asisten Uskup (Etok Meturan), dan dua orang sopir (WillY Matly dan  Alexander Arbol).

            Setelah makan malam Bapa Uskup bersama rombongan bertolak dari rumah Keuskupan menujuh ke pelabuhan Galala pada Pkl. 18.30 WIT.  Di pelabuhan, dari petugas Syabandar mengingatkan kepada Bapa Uskup bersama rombongan untuk menunggu beberapa saat. Setelah itu, rombongan bapa Uskup naik ke kapal dan diantar menujuh kamar yang sudah disiapkan.

Pada Pukul 21.00 WIT, Kapal bertolak dari pelabuhan Galala menujuh kota Namlea. Selama dalam pelayaran, sebagian dari rombongan ada yang langsung beristirahat tapi ada sebagian juga yang berekreasi bersama.

  • Kamis 18 Mei 2023

Kapal sandar di pelabuhan Namlea pada pukul 05.30 WIT. Bapa Uskup dan rombongan dijemput oleh umat dan dikawal menuju Pastoran Paroki Namlea. Setelah sarapan, Bapa Uskup mengadakan audiensi dengan Pejabat Bupati Buru pada Pkl. 07.30 WIT – Pkl 09.30 WIT. Adapun isi dari audiensi tersebut adalah pemberitahuan sekaligus penyerahan document operasional sekolah oleh Bapak Jhon Dumatubun kepada Pejabat Bupati.

Pukul 11.10 WIT, Bapak Uskup bersama rombongan dengan pengawalan patroli berangkat menujuh Stasi Lele, sebagai Pusat Paroki St Petrus Waeapo. Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, rombongan Bapa Uskup tiba di Stasi Lele pada Pukul 12.30 WIT.

Setibanya di Stasi lele, rombongan Uskup disambut dengan tarian adat khas pulau buru yakni Cakalele dan tarian Mnusi. Setelah itu dilanjutkan dengan tatap muka bersama sekaligus sambutan ketua DPP dan Sapaan Uskup.

Dalam sapaannya, Bapa Uskup mengungkapkan beberapa hal penting antara lain :

  • Bapa uskup mengungkapkan perasaan senang dan bahagia disertai dengan rasa cinta kepada umat dan masyarakat pulau Buru.
  • Rasa cinta dan perhatian itu dibuktikan melalui kunjungan selama beberapa kali di Pulau Buru. Intinya Pulau Buru adalah cinta pertama Bapa Uskup
  • Bapa Uskup berkomitmen untuk senantiasa melakukan sesuatu yang semestinya bagi kepentingan bersama.
  • Bapa Uskup mengingatkan umat dan masyarakat tentang kekayaan alam di pulau Buru yang begitu banyak sehingga harus diolah dengan baik supaya tidak dianggap sebagai daerah yang miskin dan terkebelakang.
  • Bapa Uskup mendorong semua umat dan masyarakat di pulau ini untuk saatnya bangkit dan berjuang bersama demi masa depan anak cucu.
  • Bapa Uskup mengajak semua pihak untuk senantiasa hidup rukun dan damai tanpa melihat perbedaan.

Acara tatap muka ini ditutup dengan doa oleh Wakil Uskup Pulau Buruh sekaligus dilanjutkan dengan minum bersama. Pada saat yang sama pula diadakan pengobatan gratis yang disponsori OMK Paroki. Bapa uskup diperkenankan untuk membuka pengobatan gratis ini sekaligus menjadi orang pertama yang dilayani. Setelah itu dilanjutkan dengan makan bersama pada pukul 13.30 WIT.

Pukul 15.00 WIT, diadakan kegiatan tatap muka oleh Kementrian Agama melalui Pembimas Katolik kepada seluruh umat. Dalam kegiatan ini diberikan kesempatan kepada Bapa Uskup untuk menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :

  • Mendorong kepada Pembimas agar sekiranya bisa memberikan sedikit bantuan kepada pembangunan dan kemajuan di Paroki ini.
  • Menyumbang 100 sak semen dan 4 ret pasir dari Pastor Vikjen kepada paroki ini.
  • Menyampaikan makna Paskah bertepatan dengan Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus.
  • Menggambarkan tentang keadaan Yerusalem, taman Getzemani, bukit Zaitun pada zaman ini sebagai symbol dari toleransi yang dibangun antar umat beragama.
  • Mengajak kepada semua pihak untuk senantiasa membangun toleransi di atas tanah ini, saling menghormati, menghargai dan membuat tanah ini terberkati bagi siapa saja.
  • Menyampaikan terima kasih kepada Bimas karena telah menerima tantangan yang ada. Mendorong Bimas agar terus bergerak dan menaruh perhatian terhadap daerah seperti Pulau Buru, Teor, Kesui dan beberapa lainnya. Semangat ini bukan hanya untuk Bimas Katolik, tetapi bisa dimaknai oleh Bimas agama yang lain.
  • Sarana pendapat lain Uskup ialah mendorong semua pihak untuk dapat memanfaatkan tanah dengan baik bagi masa depan semua anak cucu yang lebih baik.

Pada Pukul 16.05 WIT, diadakan Rekoleksi bersama yang dibawakan oleh RD Anton Kawole bersama dengan seluruh umat. Inti pesan yang didapatkan dalam rekoleksi ini ialah, umat diajak untuk bermenung kembali tentang Yesus mentahirkan orang sakit kusta yang diambil dari Injil Luk 8: 1-4. Kegiatan rekoleksi ini diakhiri dengan pujian dan doa sekaligus berkat dari Bapa Uskup.

Kegiatan hari ini ditutup dengan perayaan Ekaristi Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus. Selebran utama dalam perayaan ini ialah Bapak Uskup didampingi dengan para imam yang lain sebagai konselebran. Dalam kotbahnya, bapa Uskup menegaskan kembali tentang makna perayaan-perayaan dengan tingkatannya masing-masing dalam Liturgi Gereja. Bapa Uskup juga menggali kembali tentang makna kenaikan Yesus Kristus yang melambangkan kemenangan akan dunia ini. Akhir dari perayaan Ekaristi ini, Bapa Uskup memberitahukan kembali tentang beberapa hal, diantaranya :

  • Menegaskan kembali tentang pemekaran wilayah Buru menjadi wilayah sendiri, terpisah dari Pulau Seram. Dengan WU pertamanya adalah RP. Martin Bolo awa, MSC
  • Memberitahukan kepada umat tentang sumbangan-sumbangan yang berasal dari para donatur kepada Stasi-Stasi yang ada di Paroki Waepo, Pulau Buru.
  • Menyerahkan secara simbolis pemberian kasula, Pakaian Misdinar dan juga Salib kepada perwakilan umat dari masing-masing Stasi.

Data umat Stasi St. Petrus Lele

Jumlah kk: 43

Jumlah Jiwa: 181 jiwa

  • Jumat 19 Mei 2023

Kegiatan hari ini diawali dengan Misa pagi pada pukul 06.30 yang dipimpin oleh RD Anton Kawole dan membuka Novena Pentakosta. Agenda kegiatan Bapa Uskup dan rombongan hari ini ialah mengunjungi Stasi-Stasi yang ada di Paroki St Petrus Waepo. Stasi pertama yang dikunjungi Bapak Uskup ialah Stasi Wambasalahin sebagai Stasi yang medan tempuhnya paling jauh, kemudian Stasi Wapsalit dan terakhir Stasi Metar.

  • Kunjungan Ke Stasi Wambasalahin

Setelah sarapan pagi, Bapa Uskup dan rombongan bertolak dari Stasi Lele menuju Stasi Wambasalahin. Dengan menggunakan mobil Fortune dan Strada. Rombongan Bapak Uskup berangkat pada pukul 09.00 WIT dan tiba di Stasi Wambasalahin pada Pukul 11.05 WIT. Rombongan yang berangkat ini terdiri dari 23 orang, yakni Bapa Uskup, Pastor Agus, Pastor Anton, Pastor Oce, Pastor, Gruce, dan Pastor Andre, Frater Mario, Frater Pice, Frater Efer, tiga katekis (Nina, Vany, Ogi) tiga anggota KOMSOS (Yonas, Riang, Okto), ditambah bpk Aleka, Densus, dan empat orang anggota OMK. Adapun dua sopir yang mengendarai dua kendaraan ini ialah Mas Parto dan Ko Jhon.

Di Wambasalahin, rombongan Bapa Uskup disambut dengan tarian cakalele serta nyanyian vocal Group yang di pimpin oleh Pendeta GSCA. Setelah itu dilanjutkan dengan tatap muka bersama dengan umat di situ. Acara tatap muka bersama terdiri dari sambutan-sambutan di antaranya : pemerintah desa (Bpk. Buce Hukunala), dari perwakilan empat soa, dari Bapak Pendeta, dan terakhir dari Bapak Uskup.

Dari sambutan-sambutan mewakili masyarakat di situ, dapat disimpulkan sebagai berikut :

  • Apresiasi kepada Bapak Uskup yang selalu setia datang mengenjungi desa mereka. Terhitung sudah tiga kali saat menjabat sebagai Uskup. Dan belum satu pun tokoh pemerintah maupun agama yang datang mengunjungi desa ini, seperti yang dilakukan bapak Uskup.
  • Memintah keadilan pemerintah Daerah dalam menjawab situasi dan kondisi yang dialami masyarakat hingga saat ini.
  • Memohon kepada Bapa Uskup agar sekiranya dapat bersuara bagi pihak siapa saja, terutama Gereja untuk senantiasa memperhatikan jalan, pendidikan dan pembangunan desa.

Sementara Bapa Uskup sendiri mengungkapkan tentang rasa kegembiraanya dapat berkunjunng di pulau Buru ini untuk kali ketiga. Banyak makna yang dapat diperoleh dari perjalanan menuju stasi ini. Bagi bapak Uskup yang paling berkesan ialah perjalanan pertama karena pada saat itu mereka harus berjalan kaki dari desa Debu ke stasi Wambasalahin. Olehnya itu, Bapa Uskup sangat mencintai dan menghormati semua umat yang begitu baik dan sangat antusias dalam menyambutnya.

Bapak Uskup mengungkapkan rasa terima kasih yang besar bagi pemerintah, tokoh adat, tokoh agama dan semua lapisan masyarakat  yang telah menunjukkan kesederhanaan, cinta dan kepolosan. Dari mereka, Uskup menemukan rasa sukacita dan kegembiraan. Sekali lagi terima kasih banyak bagi semua umat di Wambasalahin

Mengenai ungkapan dan permintaan hati dari tokoh umat dan masyarakat yang ada, bapak Uskup menanggapinya dengan cara membuat video melalui KOMSOS Keuskupan. Video itu akan dikirimkan kepada Presiden, Gubernur, Bupati, Pangdam dan Kapolda. Demikian juga dengan pendidikan, bapak Uskup akan mengusahakan yang terbaik bagi anak-anak mereka, asalkan saja mereka harus memenuhi syarat yang sudah ditetapkan. Misalnya dalam mengikuti tes TNI/POLRI. Sementara berhubungan dengan pendidikan sekolah, bapak Uskup mengatakan bahwa peletakaan batu pertama sekolah SMP di Desa Lele sesungguhnya terinspirasi dari kunujungannya ke Wambasalahin. Untuk pembangunan rumah-rumah ibadat, bapak Uskup akan terus berusaha untuk membantu bukan hanya Katolik, tetapi semua agama yang ada di situ. Bahkan bapak Uskup akan berusaha untuk terus menghubungi para donatur untuk membantu.

Akhir dari sapaan bapak Uskup ini, beliau mengatakan untuk smeua pihak agar tetap berusaha dan bekerja sama dalam membangun persatuan dan kesatuan antara semua pihak. Beliau menasihati agar semua pihak terus memupuk persaudaraan, saling mencintai, menghormati dan menghargai satu sama lain. Dan teruslah bekerja dengan semangat dan berdoa kepada Tuhan, karena hanya dengan doa, Tuhan pasti akan membukakan jalan kepada kita semua.

Pukul 12.30 WIT, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan Bapa Uskup bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat ke semua rumah-rumah ibadat yang sementara dalam tahap pembangunan di Wambasalahin. Ada tiga Gereja yang sementara dalam tahap pembangunan, yakni Katolik, GPM dan GSJA. Sementara para katekis dan Frater melaksanakan kegiatan lintas agama bersama dengan semua anak yang ada di kampong tersebut. Tak lama dari kunjungan itu, Bapa Uskup datang dan bergabung dengan anak-anak lintas agama. Yang Mulia menyempatkan diri untuk membagikan bingkisan kepada semua anak sekaligus mengakiri kegiatan lintas agama tersebut. Acara ini berakhir pukul 13.30 WIT.

Rangkaian acara di Wambasalahin ditutup dengan acara makan bersama pada Pukul 13.45 WIT. Setelah makan siang, Bapa Uskup dan rombongan berpamitan dengan umat dan masyarakat untuk mengadakan kunjungan selanjutnya ke beberapa Stasi. Sebelum balik, Bapa Uskup menyempatkan diri untuk mendoakan dan memberkati beberapa umat yang datang kepadanya. Rombongan Bapa Uskup balik dari Wambasalahin pada Pukul. 14.10 WIT. Dalam perjalan, Bapa Uskup menyempatkan diri untuk mengambil rekaman video yang akan ditersukan kepada pemerintah. Sekali lagi terima kasih kepada umat di Wambasalahin.

Data Umat Stasi Hati Kudus Yesus Wambasalahin

Jumlah KK: 24 KK

Jumlah Jiwa: 115 jiwa

Kunjungan Ke Stasi Wapsalit

Pukul 14.20 WIT, rombongan Bapa Uskup melanjutkan perjalanan dari Wambsalahin menuju Stasi Wabsalit dan Metar. Setelah kurang lebih dua jam perjalanan, bapa Uskup dan rombongan tiba di Stasi yang pertama yakni Wabsalit pada pukul. 16.30 WIT. Di Wabsalit, Bapa Uskup dan rombongan di sambut dengan tarian oleh umat sebagai ucapan selamat datang sekaligus tanda sukacita akan kedatangan Uskup.

Pukul 16.45 WIT, acara dilanjutkan dengan kegiatan ramah tama sekaligus minum bersama rombongan dan umat yang hadir. Sambil menikmati hidangan yang ada, Ketua Stasi meberikan sedikit sambutan atau ungkapan hati kepada Bapa Uskup. Beberapa hal yang bisa disimpulkan dari sambutan Ketua Stasi ialah bahwa keinginan untuk perkembangan pendidikan dan pelayanan Gereja menjadi satu kebutuhan yang paling penting bagi umat di situ. Umat di sana berharap supaya pembangunan Gereja yang sementara berjalan dapat diperhatikan terus oleh Bapa Uskup, mengingat bahwa Gereja lama sudah tidak layak dan jumlah umat semakin hari bertambah.

Bapa Uskup sendiri dalam sepata kata mengatakan bahwa beliau akan selalu mendorong kebutuhan umat yang ada melalui sumbangan para donatur yang selalu ingin membantu. Bapa Uskup mengapresiasi keaktifan umat yang luar biasa dalam pembangunan dan pelayanan kepada Gereja. Tapi juga Bapa Uskup mengucapkan terima kasih kepada Pastor Paroki yang selalu setia melayani dan mendampingi umat. Pastor paroki mampu mengolah kematangan hidup rohaninya sehingga mampu untuk melayani umat dengan Gembira dan sukacita. Bapa uskup berharap supaya umat juga mampu untuk membantu imamnya dalam pelayanan kepada Gereja. Tetapi juga harapan bapa Uskup ialah agar semua umat mampu memelihara persaudaraan dan perdamaian diantara mereka. Kepada semua pihak agar mampu untuk melihat tanah ini sebagai tanah yang terbermati sehingga perluh untuk dirawat bersama. Ke depan agar semua harapan dan masa depan anak cucu dapat menjawab kerinduan semua umat dan masyarakat di situ. Terutama melalui pendidikan, Bapa Uskup bermimpi agar suatu kelak anak-anak dari pribumi ada yang memilih untuk masuk Seminari dan kelak ditahbisakan sebagai Imam Pribumi, demikian sepata kata dari Bapa Uskup.

Akhir dari kegiatan yang ada, Bapa Uskup menyempatkan diri untuk berjalan melihat kondisi pembangunan Gereja baru. Sambil memberikan sedikit masukan kepada Pastor Paroki dan para tukang yang ada, bapa Uskup menyapa umat yang ada di sekitar situ. Kegiatan di wabsalit berakhir Pukul. 17. 25 WIT. Selanjutnya Bapa Uskup berangkat menuju ke Stasi berikut, yakni Stasi Metar.

Data Umat Stasi Bunda Hati Kudus Wapsalit

Jumlah KK : 25 kk

Jumlah Jiwa: 108 jiwa

Kunjungan Ke Stasi Metar

Bapa Uskup dan rombongan bertolak ke Stasi Metar pada pukul. 17.50 WIT. Setibanya di Metar, umat dan masyarakat telah bersiap untuk menyambut Bapa Uskup dengan tarian yang dibawakan oleh anak-anak Sekami.  Setelah itu, bapa Uskup diarak menuju tenda yagn sudah disediakan lalu kemudian beliau diajak untuk menari bersama. Mereka yang hadir pada saat ialah toko pemerintah, tokoh adat, umat Katolik dan Protestan.

Pukul 18. 00 WIT, Acara dilanjutkan dengan ucapan selamat datang dari perwakilan umat, sekaligus menyampaikan beberapa hal yang menjadi harapan umat di Stasi itu. Misalnya terkait dengan penyelesaian pembangunan Gereja dan kemudian perkembangan pendidikan yang menjadi prioritas masa anak cucu mereka.

Bapa Uskup dalam sambutannya menegaskan tentang beberapa hal. Sama seperti di Stasi yang lain, Bapa Uskup mengungkapkan rasa sukacita dan kegembiraan bisa menginjakkan kaki di Pulau Buru untuk kesekian kali. Kunjungan ini dapat dikatakan sebagai suatu kunjungan yang luar biasa, karena Bapa uskup sendiri mengiyakan tentang statusnya yang dapat dikatkan lebih tinggi dari Gubernur karena wilayahnya meliputi dua provinsi. Selian itu, Uskup berkeyakinan bahwa tidak ada yagn dapat merubah nasib orang buru, selain orang buru asli sendiri. Pengakuan beilau yakni bahwa tanah di pulau Buru begitu subur, tapi tetap saja masih di bawa kemiskinan. Oleh karena itu, masyarakat Buru perluh merubah dan mengolah cara berpikir dan bertindak melalui pendidikan supaya jangan gampang dibodohi. Semua orang tua perluh berpikir bagaimana cara untuk dapat memajukan masa depan anak-anak. Bapa Uskup berharap agar smeua pihak dapat bergerak dan berjuang supaya apa yang dirindukan di tanah ini dapat dijawab oleh anak cucu. Dengan kondisi demikian, Bapa Uskup meyakinkan bahwa pembangunan sekolah Katolik semata-mata bukan hanya untuk orang Katolik saja, melainkan terbuka untuk umum. Bahkan semua yang sarana prasarana Katolik sekiranya dapat digunakan bersama, kata Yang Mulia.

Sekitar pukul 18.20 WIT, Bapa Uskup dan rombongan berkunjung ke Goa Maria Metar. Setelah melihat keadaan dan tanah di sekitar, bapa Uskup kembali untuk snack malam pada pukul 18.45 WIT. Dari situ, Bapa Uskup dan rombongan bertolak kembali ke Stasi Lele pukul 19.10 WIT. Dalam perjalanan bapa Uskup menyempatkan diri untuk singga di Gereja Stasi Lele untuk melihat lokasi Gereja. Semua kegiatan pada hari ini akhirnya ditutup dengan makan malam bersama pada pukul 21.00 WIT. Setelah itu, sekitar pukul 22. 00 WIT, bapa Uskup dan rombongan kembali ke tempat tinggal masing-masing untuk beristirahat.

Data Umat Stasi St. Maria Ratu Damai Metar

Jumlah KK : 41 kk

Jumlah Jiwa: 157 jiwa

  • Sabtu 20 Mei, 2023

Kegiatan Bapa Uskup dan rombongan hari ini ialah peletakan batu pertama SMP Kolose Petrus Canisius, kegiatan anak lintas agama, serta kunjungan ke Stasi Waeflan.

 Bapa Uskup dan rombongan mengadakan Perayaan Ekaristi bersama pukul 06.30 WIT, dan setelah itu dilanjutkan dengan sarapan pagi bersama.

 Pukul  09.00 WIT, semua tamu undangan umat dan masyarakat sudah berkumpul di tempat peletakan batu pertama di Desa Lele. Tepat pukul.09.45 acara peletakan batu pertama dimulai. Rombongan Bapa Uskup bersama dengan Raja Kayeli, Camat, Kapolres serta tamu undangan yang lain dijemput oleh para penari dan para tetua adat di depan tenda acara.

Susunan acaranya ialah sebagai berikut : acara penjemputan, makan pinang bersama, penyerahan surat tanah dari tokoh adat kepada pihak Gereja, doa adat oleh para tetua, doa Katolik oleh Pastor Anton Kawole, doa pemberkataan batu. Susunan acara ini diakhiri dengan acara peletakan batu pertama oleh Bapa Uskup, Raja Kayeli, Camat, Tua adat, Kapolres disusul tamu undangan yang lain.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari Raja Kayeli, Bapa Uskup, dan Bapa Camat sebagai perwakilan Bupati. Sambutan yang pertama dari Bapa Raja Kayeli. Beliau pada intinya mengatakan bahwa pendidikan snagat penting karena dapat menaikan taraf hidup orang banyak. Oleh karena itu, orang tua perluh mendorong anak-anak untuk sekolah agar bisa memperoleh sesuatu yang baik bagi masa depan.

Sementara Bapa Uskup sendiri, menyampaikan dalam sambutannya tentang awal mula muncul pemikiran untuk mendirikan sekolah ini. Beliau bercerita bahwa dalam kunjungan pertama awal tahun 2021, Beliau bertemu dengan para tokoh adat dan pemilik tanah pada saat itu. Mereka mempunyai pemikiran terkati dengan masa depan anak cucu mereka. Maka kemudian mereka menwarkan kepada Uskup supaya sekiranya dapat membangun sekolah untuk anak-anak mereka. Uskup kemudian menanggapi permintaan mereka karena melihat situasi dan kebutuhan yang ada. Sebab cinta pertama Bapa Uskup ada di Pulau Buru, maka beliau berpikir untuk memajukan masa depan anak-anak buru melalui pendidikan. Salah satunya ialah membangun sekolah. Bapa Uskup mengingatkan bahwa sekolah ini terbuka bagi semua orang. Tidak boleh ada peraturan yang terkesan menekan atau memaksa seorang non Katolik untuk mengikuti dengan penuh aturan Katolik yang ada. Bahkan Bapa Uskup berjanji bahwa jika ada anak Muslim yang masuk, maka ia akan dididik untuk menjadi Muslim yang taat. Jika ada Protestan yang masuk, maka ia akan dididik untuk menjadi Protestan yang baik. Jadi keberhasilan bukan tergantung memaksa orang untuk mengikuti aturan agama yang ada, atau tergantung bangunan itu baik atau tidak. Manusia harus dibinah dan dididik untuk menjadi orang yang baik.

Selanjutnya Bapa Uskup juga akan mengirim anak-anak Buru untuk melanjutkan studi Pulau Jawa, baik itu tingkat SMK maupun kuliah lanjutan. Setelah mereka tamat, mereka akan datang dan berkarya di tanah asal mereka masing-masing.

Akhir dari sambutannya, Bapa Uskup mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam kegiatan ini. Dalam hal ini, para tokoh adat, pemerintah, Bupati, Camat, Kapolres dan jajarannya, serta seluruh pihak umat dan masyarakat yang hadir. Tak lupa juga Bapa Uskup menyampaikan terima kasih kepada para donatur, Badan Karismatik Nasioal yang akan melaksanakan aksi pencarian dana untuk pembangunan sekolah ini, Bapak Kardinal Suharyo yang telah memberikan dana awal sekolah ini, dan kepada semua saja yang telah turut membantu. Sekali lagi terima kasih.

Sambutan yang terakhir berasal dari Bupati Buru dalam bentuk surat yang dibacakan oleh Camat Lolong Kuba. Bupati mengapresiasi dan mendukung penuh apa yang menjadi rencana Keuskupan. Harapan Bupati agar supaya nasib anak-anak di Pulau Buru dapat belajar untuk menjadi orang yang baik dan sukses dalam memajukan dan melestarikan daerah.

Pukul 12.00 WIT, acara peletakan batu pertama ini ditutup dengan doa dan sekaligus makan bersama. Setelah makan bersama, Bapa Uskup dan rombongan menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak sambil mempersiapkan diri untuk kegiatan berikut.

Pukul 14.00 WIT, rombongan Bapa Uskup dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama ialah Bapa Uskup bersama beberapa dari tim pergi berkunjung ke Stasi Waeflan. Sementara kelompok kedua ialah para Frater dan Katekis dalam kegiatan temu anak lintas agama. Bapa Usku[ bersama rombongan berkunjungan ke Stasi Waefalan kurang lebih dua jam. Sementara kegiatan Lintas Agama tetap berjalan sambil menunggu kedatangan Bapa Uskup dari Stasi Waeflan.

Pukul 16.00 WIT, rombongan Bapa Uskup kembali dari Stasi Waeflan. Sementara kegiatan temu lintas agama berakhir pada pukul 17.00 WIT. Setelah semua peserta diantar kembali ke Stasi masing-masing, kini rombongan Bapa Uskup bersiap untuk kembali ke Namlea. Kami berkumpul untuk makan malam bersama pada pukul 18.45 WIT. Setelah itu kami berangkat ke Namlea pukul 19.20 WIT. Sekitar Pukul 21.10 WIT, bapa Uskup bersama rombongan tiba di Pastoran Namlea. Di sana umat sudah menjemput untuk makan malam. Setelah makan malam, kami sempat berekreasi bersama Bapa Uskup sampai pada jam istirahat.

  • Minggu 21 Mei 2023

Agenda hari ini adalah kunjungan Bapa Uskup ke Stasi Batlale, Buru Barat. Kami memulai kegiatan hari ini dengan Misa Ekaristi bersama umat di Pusat Paroki Namlea, pukul 08.30 WIT. Setelah misa, bapa Uskup dan rombongan langsung berangkat menuju Stasi Batlale, dan tiba pada pukul 11.10 WIT.

Setibanya di Stasi Batlale, Bapa Uskup langsung meninjau gedung Gereja baru yagn sementara dibangun. Rencananya Gereja itu akan diberkati satu atau dua tahun mendatang. Bapa Uskup juga menyerahkan sumbangan berupa sebuah Salib besar kepada umat di situ. Setelah mengelilingi Gereja, Bapa Uskup menyempatkan diri untuk bertatap muka dengan umat.

Dalam pembicaraan bersama dengan umat, Bapa Uskup berusaha untuk menyimak apa yang menjadi kebutuhan umat, terutama soal pendidikan dan pelayanan Pastoral. Bapa Uskup mengatakan bahwa dalam soal pelayanan pastoral, beliau akan berusaha untuk menambah tenaga pastoral dua atau tiga imam untuk menjawab kebutuhan pastoral di situ. Bahkan jika kondisi memungkinkan, Bapa Uskup berpikir bagiamna cara untuk mendirikan sekolah agar bisa menjawab kebutuhan masa depan anak cucu mereka. Menyangkut pengresmian Gereja, Bapa Uskup berharap agar kelak pengresmian Gereja ini dapat dilaksanakan sekaligus dengan pentahbisan Imam pertama asal Buru, Stasi Batlale. Harapan Uskup, agar umat dapat menjalin kekeluargaan dan persaudaraan antara mereka, juga terutama dengan saudara-saudara non Katolik. Demikian rangkaian tatap muka bersama Uskup selesai, dan dilanjutkan dengan santap kasih bersama. Pukul. 13.25 WIT, Bapa Uskup dan rombongan berpamitan untuk balik kembali ke Pusat Paroki Namlea.

Pukul 14.45 WIT, rombongan Bapa Uskup tiba di Pusat Paroki Namlea. Setelah itu, Bapa Uskup dan rombongan menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak. Pukul 18.00 WIT, rombongan Bapa Uskup menyantap makan malam bersama. Setelah makan malam, Bapa Uskup dan rombongan diantar oleh para Pastora dan umat di Namlea menuju pelabuhan Feri. Tepat pukul 20.00 WIT, Kapal bertolak dari pelabuhan Namlea menuju ke Ambon. Rombongan Bapa Uskup tiba di Ambon pada pukul. 05.00 WIT.

“Terima Kasih atas semua pengalaman yang dialami bersama umat di Pulau Buru. Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua dalam tugas dan pelayanan kepada Gereja di Keuskupan Amboina

By Fr. Mario dan Fr. Pice

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *